Adalah takut yang sebenarnya, ketakutan sejati
Saat hati mulai berisyarat suatu kepergian
Dimana keadilan tentang keinginan bersama?
Keadaan bahkan merenggut senyum bibir yang kentara
Waktu yang mulai kubencikan
Dan juga awal kutak suka segala keadaan
Daksa yang masih mampu menopang kerinduan
Pikiran dengan leluasa dijejali angan
Terpuruklah harapan yang kupertaruhkan
Segala resah menjadi tak berarti sudah
Pengertian dan kasih sayang tinggallah kenang menyakitkan
Di antara rongga rusuk kumenjerit haru
Menyesali keyakinan yang terpatri
Meratapi ingatan yang kiat mencuat hadir
Canda di khayalan, tangis di kenyataan
Ingin melepas meski tak bisa
Ingin ikhlas, rasanya sia-sia
Diamlah dengan seribu ketenangan lahir,
kendati batin terus menyorakkan kepelikan.
M. Afrizal A. L
Probolinggo, 01 Juni 2021